Mengenal Galungan, Hari Raya Umat Hindu sebagai Perwujudan Kemenangan Dharma Atas Adharma
Umat Hindu Dharma di Indonesia, terutama di Bali, akan memperingati Hari Raya Galungan pada Rabu (4/1/2023) mendatang. Hari Raya Galungan merupakan puncak dari rangkaian peringatan Hari Raya Galungan dan Kuningan yang telah dipersiapkan sejak Tumpek Bubuh pada Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Pahang.
Hari raya yang selalu dirayakan setiap Budha (Rabu) Kliwon wuku Dungulan merupakan peringatan kemenangan dharma atau kebajikan atas adharma alias kejahatan.
Pada hari tersebut, yang diperingati setiap 210 hari sekali atau enam bulan kalender Bali, umat Hindu Dharma bersembahyang ke Pura Kahyangan Tiga yang mereka sungsung (sembah) untuk memohon wara nugraha (berkah) dari Ida Sang Hyang Widhi.
Baca Juga: Menyongsong Tahun Baru, PWI Bali Gelar Diskusi Akhir Tahun
Galungan dan Kisah Raja Jayakasunu
Berdasarkan artikel Holidays and Holy Days tulisan R. Goris pada 1960, peringatan Galungan dikaitkan dengan kisah Raja Jayakasunu. Pada masa pemerintahan raja tersebut, Bali dilanda wabah cacar yang membunuh banyak rakyat kerajaan.
Untuk menghilangkan wabah tersebut dari kerajaan, Raja Jayakasunu melakukan tapa untuk meminta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam pertapaannya, ia mendapat bisikan gaib yang berasal dari Dewi Durga. Bisikan tersebut mengatakan bahwa ia wajib mengadakan persembahan kepada Bhuta Kala pada Selasa Wage wuku Dungulan.
Setelah mendapatkan bisikan gaib tersebut, Raja Jayakasunu segera melaksanakan perintah yang dipesankan. Tak berapa lama, wabah cacar yang melanda kerajaan sirna seketika.
Meski sulit untuk dilogika, masyarakat Bali mempercayai kisah ini.
Penulis: Putu Prima Cahyadi
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait:
Advertisement