Menu
News
    Government
      Gaya Hidup
        Sosok
          Wisata
            Video
              Indeks
                About Us
                  Social Media

                  Mengenal Galungan, Hari Raya Umat Hindu sebagai Perwujudan Kemenangan Dharma Atas Adharma

                  Mengenal Galungan, Hari Raya Umat Hindu sebagai Perwujudan Kemenangan Dharma Atas Adharma Kredit Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
                  WE Bali, Jakarta -

                  Umat Hindu Dharma di Indonesia, terutama di Bali, akan memperingati Hari Raya Galungan pada Rabu (4/1/2023) mendatang. Hari Raya Galungan merupakan puncak dari rangkaian peringatan Hari Raya Galungan dan Kuningan yang telah dipersiapkan sejak Tumpek Bubuh pada Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Pahang.

                  Hari raya yang selalu dirayakan setiap Budha (Rabu) Kliwon wuku Dungulan merupakan peringatan kemenangan dharma atau kebajikan atas adharma alias kejahatan.

                  Pada hari tersebut, yang diperingati setiap 210 hari sekali atau enam bulan kalender Bali, umat Hindu Dharma bersembahyang ke Pura Kahyangan Tiga yang mereka sungsung (sembah) untuk memohon wara nugraha (berkah) dari Ida Sang Hyang Widhi.

                  Baca Juga: Menyongsong Tahun Baru, PWI Bali Gelar Diskusi Akhir Tahun

                  Galungan dan Kisah Raja Jayakasunu

                  Berdasarkan artikel Holidays and Holy Days tulisan R. Goris pada 1960, peringatan Galungan dikaitkan dengan kisah Raja Jayakasunu. Pada masa pemerintahan raja tersebut, Bali dilanda wabah cacar yang membunuh banyak rakyat kerajaan.

                  Untuk menghilangkan wabah tersebut dari kerajaan, Raja Jayakasunu melakukan tapa untuk meminta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa.

                  Dalam pertapaannya, ia mendapat bisikan gaib yang berasal dari Dewi Durga. Bisikan tersebut mengatakan bahwa ia wajib mengadakan persembahan kepada Bhuta Kala pada Selasa Wage wuku Dungulan.

                  Setelah mendapatkan bisikan gaib tersebut, Raja Jayakasunu segera melaksanakan perintah yang dipesankan. Tak berapa lama, wabah cacar yang melanda kerajaan sirna seketika.

                  Meski sulit untuk dilogika, masyarakat Bali mempercayai kisah ini.

                  Mitos Mayadanawa

                  Selain kisah mengenai Raja Jayakasunu, peringatan Galungan di Bali juga dikaitkan dengan mitos Raja Mayadanawa.

                  Dalam lontar Mayadanawantaka, dikisahkan pulau Bali dipimpin oleh seorang raja angkara murka bernama Mayadanawa. Raja ini dikenal memiliki kesaktian yang luar biasa tinggi.

                  Lantaran kesaktiannya, ia memerintahkan segenap rakyat kerajaan untuk menyembah dirinya alih-alih menghaturkan sembah kepada Ida Sang Hyang Widhi. Kondisi ini menyebabkan banyak pura dan tempat peribadatan yang dirusak serta dihancurkan oleh penguasa yang lalim tersebut.

                  Merespon tingkah-polah Mayadanawa yang sudah melewati batas, Dewa Indra mengadakan pertemuan untuk menghentikan kejahatan yang dilakukan raja kejam tersebut. Diputuskan, Dewa Indra beserta pasukan akan turun ke Bali untuk menghadapi Mayadanawa.

                  Singkat cerita, Mayadanawa berhasil dikalahkan. Rakyat Bali kembali dapat menyembah Ida Sang Hyang Widhi dan membangun kembali pura yang telah dihancurkan.

                  Kemenangan Dewa Indra atas Mayadanawa dimaknai oleh masyarakat Hindu di Bali sebagai simbol kemenangan dharma atas adharma, menjadi dasar perayaan Galungan di Bali.

                  Penulis: Putu Prima Cahyadi
                  Editor: Lestari Ningsih

                  Tag Terkait:

                  Bagikan Artikel: