Menu
News
Government
Gaya Hidup
Sosok
Wisata
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akademisi Bicara Tantangan AI dalam Pameran Seni 'Surya Segara Rupa'

Akademisi Bicara Tantangan AI dalam Pameran Seni 'Surya Segara Rupa' Kredit Foto: Nuranda Indrajaya
WE Bali, Denpasar -

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menghadirkan 34 karya pameran seni bertajuk 'Surya Segara Rupa' yang berlangsung mulai 17 November hingga 31 Desember 2023 di Santrian Gallery, Sanur, Denpasar.

Agenda yang diprakarsai Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar, ini melibatkan 23 mahasiswa ISI Denpasar, enam seniman internasional plus lima seniman nasional.

Ketua Panitia International Art Exhibition 'Surya Segara Rupa' I Made Ruta mengatakan tema ini dipilih sebagai penghormatan terhadap alam berdasarkan budaya.

"Tema ini menggambarkan upaya untuk menghormati dan menggali lebih dalam tentang bagaimana matahari, laut, dan alam secara umum mempengaruhi kehidupan, seni, dan budaya di Bali," ungkap Ruta, Kamis (16/11/2023).

Ruta menambahkan, para seniman didoron untuk menggali berbagai ide, gagasan, teknik, dan bahan dalam menginterpretasikan matahari, laut, dan bentuk estetis pada karya seni rupa yang ditampilkan pada pameran 'Surya Segara Rupa'.

"Di pameran ini juga menyampaikan pesan-pesan penting tentang pelestarian sumber daya alam dan penghormatan kepada matahari dan laut terkait kesadaran ekosistem, kehidupan, ritual, dan spiritualitas," tambahnya.

Salah satu yang menjadi perhatian khusus dalam pameran ini adalah tantangan bagi seniman di tengah kemajuan teknologi Artificial Intelegent (AI) atau kecerdasan buatan.

Akademisi ISI Denpasar I Wayan Sujana menilai, AI bukanlah suata ancaman bagi seniman.

Sebaliknya, para seniman bisa memanfaatkan AI agar karya yang dihasilkannya menarik minat masyarakat luas.

"Tetapi AI ini bisa menjadi tools yang kuat untuk masuk ke dunia virtual atau digital karena di situ ruang bebasnya sangat luas secara global," ucap pria yang akrab disapa Suklu itu.

Suklu mengeklaim, seni rupa yang berakar pada budaya Bali bisa bertahan di tengah gempuran teknologi AI.

"Tradisi Bali sudah terbukti kuat menghadapi gempuran kebudayaan global, kapital, dan masyarakat urban. Karena memiliki keunikan lokal yang tidak mudah ditiru oleh teknologi AI,"

"Mereka (AI) kan mempergunakan visual-visual yang sudah ada, sementara keunikan lokal Bali itu tidak mudah ditiru oleh AI," tandas Suklu.

Penulis/Editor: Nuranda Indrajaya

Advertisement

Bagikan Artikel: